Berjalan Dengan Ilmu dan Iman

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهِ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

QS. Al-Mulk:15

Untuk siapa bumi ini diciptakan dan ke mana kamu akan berjalan?

Berjalan adalah kata yang menjadi mantera bagi si pengelana di setiap penjuru dunia. Ia yang menggendong tas kupu-kupu dan kamera di sakunya juga tak menghiraukan sepatu begitu pula setebal apa jaket yang ia pakai. Si pengelana selalu tahu apa yang ia butuhkan untuk hidup dan identitas dirinya. Suatu hari saya pernah bercerita pada ibu tentang si pengelana. Di benaknya hanyalah orang yang berjalan tanpa tujuan selain mendapat kesenangan. Si pengelana kadang hanyalah orang biasa saja yang membuang tangisan di sepanjang jalan, atau orang yang memenuhi citra dirinya di sosial media, dan boleh jadi orang asing yang tak juga menuai jawaban perihal takdir hidupnya.

Pada dasarnya hidup adalah pengembaraan yang tak berhenti pada siapa diri kita saat ini. Apa yang telah kita berikan untuk diri kita sendiri? apa yang telah kita berikan untuk orang lain? Jika kamu seorang pendidik yang menghabiskan separuh waktu di sekolah atau seorang pekerja kantoran yang bekerja di bawah atasan, kamu hanya menghabiskan waktu untuk orang lain bukan untuk diri kamu sendiri. Beberapa orang memilih menjadi relawan agar bisa menjelajahi negeri ini sambil mengabdi dan sisanya lebih memilih menelusuri rimba kata-kata sebagai jalan kelana isi pikirannya. Boleh jadi keduanya, saya pun memilih keduanya sebagai jalan pintas memberdayakan manusia dan diri saya sendiri. Karena selain bekerja untuk orang lain rupanya bekerja untuk diri sendiri adalah hal yang harus di prioritaskan saat ini. Tak semua orang bisa menyadari itu dan tak peduli pekerjaan seperti apa yang bisa memantulkan siapa dirinya. Mungkin kamu juga begitu? kamu sedang mencari apa yang tepat untuk kamu kerjakan di samping kamu mengerjakan pekerjaan orang lain?

Berjalan bukan hanya sekadar mengunjungi tempat-tempat indah lantas pulang begitu saja. Berjalan bisa saja tentang merawat impian. Mimpi-mimpi kita yang tetap berjalan dengan apa yang sedang kita kerjakan dan hadapi saat ini jauh lebih baik dari pada menghabiskan waktu dengan memikirkan kekosongan atau menunggu ketidakpastian.  Ke mana kita akan pergi selain melihat indahnya ciptaan Tuhan?  Ke mana kita akan pergi sebelum akhirnya saling menggenapkan?  Apa yang akan kita lakukan untuk diri kita sendiri sebelum hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi? beberapa teman saya memilih untuk menikah sebelum usia 30 dan sisanya akan menikah setelah mereka siap.

“mengapa kamu masih sendiri?”

“ mengapa kamu belum menikah?”

Adalah dua pertanyaan klise yang kerap saya dengar akhir-akhir ini. Namun dua pertanyaan itu memiliki jawaban dahsyat sejalan dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang cukup akrab di dengar.

“mengapa kamu sering bepergian?”

Belum juga saya dapati pertanyaan untuk jawaban yang mampu menghanguskan segala tanya tak bertepi itu. Andai ada seseorang yang mampu menepis setiap jawaban dengan tanya yang lebih berharga dari apa yang sudah kau dapatkan selama bepergian?.

Kini, berkelana adalah tentang menepi ke dalam diri dari pilihan hidup yang belum pasti. Tentang kepastian-kepastian yang menjadi polemik perempuan dan lelaki di mana mereka belum  bisa menyenangkan satu sama lain sebelum menjadi suami istri.  Sepasang kekasih yang berhenti saling mencintai atau saling menyakiti, mereka hanya berjalan pada batasan perasaan dan pikiran. Walaupun  keduanya saling mengikat namun belum cukup bagi mereka untuk saling menuntaskan rasa penasaran. Di mana, katanya cinta tumbuh karena ciuman dan pelukan. Bukankah tak ada satu pun cinta yang baik tanpa melibatkan Tuhan dan tak ada satu pun cinta yang mampu bertahan tanpa melibatkan iman? kita tak pernah tahu siapa jodoh kita. Berdua belum tentu bersama dan sendiri belum tentu tak saling memiliki.

Berkelana adalah ibadah paripurna bagi si pemimpi dan si pencari. Ia paling tahu segalanya termasuk menjaga dirinya tapi ia tak tahu apa-apa perihal asmara selain menautkan hati kepada Tuhannya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑