Berbahagialah Para Pejalan, Tuhan Menyematkanmu Dalam Alquran

Pejalan yang bahagia adalah pejalan yang tidak mengkhawatirkan perkataan orang lain tentangnya. Seseorang yang konsisten melakukan perjalanan akan dihadapkan pada berbagai tantangan bukan hanya ketika mencapai destinasi melainkan sebuah pertanyaan.

“Buat apa bepergian? cuma ngabisin duit? ” It is such a freaky and painful question for me.

Kita tidak bisa menghakimi orang begitu saja mengenai parameter kebahagiaan mereka. Bisa jadi seseorang lebih bahagia ketika ia bepergian atau kamu lebih bahagia dengan hanya diam di rumah.

Sebuah pilihan tidak menjadikan apa yang terjadi pada diri manusia melainkan peran yang sedang dilaluinya.

Berjalan ke mana pun yang kita mau adalah tujuan para manusia yang sejatinya mengembara di dunia. Mereka yang menjadikan alam semesta sebagai ruang tak bertepi di mana tak ada yang membatasi kaki untuk melangkah selain langit tempat menengadah. Udara menyeruak seperti gelapnya labirin menjebak seseorang tak bergerak, sinar matahari mengikis habis segala kerapuhan dalam rongga dada dan tubuhnya, melenyapkan luka yang mengendap dalam hatinya.

Saya menyadari bahwa setengah perjalanan hidup ini telah dihabiskan untuk bepergian meski ke tempat-tempat terdekat dan tak selalu berkaitan dengan tempat wisata. Berkunjung ke rumah sanak saudara, belanja ke pasar, sekali pun berjalan ke belakang rumah adalah entitas di balik bepergian yang membawa diri saya terus bergerak.

Pejalan, traveller, bagpacker, voyager, apa pun itu sebutannya bagi si pengelana yang senang mengasingkan dan melarikan diri. Alam semesta adalah tempat di mana ia menafsirkan rumah sesungguhnya. Ada yang berjalan sebagai self reward atau hadiah untuk diri sendiri karena telah bekerja keras, ada yang berjalan sebagai gaya hidup seperti orang-orang Eropa memilih akhir tahun memulai perjalanannya, ada pula yang berjalan sebagai proses penyembuhan setelah sekian lama dijerat rasa sakit. Apa pun itu, perjalanan selalu menjadi jawaban untuk membebaskan diri dari kebosanan, kesedihan, dan kesepian.

Bayangkan, bagaimana jadinya bila seorang perempuan menjadi pemabuk atau perokok agar mendapatkan senyawa biokimia ke dalam tubuh demi sebuah kesenangan dan ketenangan? Namun tentu saja tak ada penilaian buruk kepada mereka karena kebiasaan mabuk atau merokok. Mungkin saja merokok dan mabuk bukan sekadar tempat mendapat kebahagiaan juga ketenangan yang tak mereka dapatkan di mana pun.

Agar tidak ada lagi persepsi buruk tentang para pejalan, kali ini saya menemukan para pejalan yang disematkan dalam alquran. Siapa yang bisa menyangkal pendapat orang bodoh ini jika sebagai umat islam kamu sendiri tak mengimani alquran?

  • Surat Al-Mulk ayat 15

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

  • Surat Ar-Rum ayat 9

اَوَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ كَانُوْٓا اَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَّاَثَارُوا الْاَرْضَ وَعَمَرُوْهَآ اَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوْهَا وَجَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۗ فَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَۗ

Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.

  • Surat An-Naml ayat 69

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.

  • Surah Al-Hajj 46

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ

Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

  • Surat Ali Imran ayat 137

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

  • Surat Ar-Rum ayat 42

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

  • Surat Yusuf ayat 109

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ مِّنْ اَهْلِ الْقُرٰىۗ اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ وَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ اتَّقَوْاۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Dan Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti.

  • Surat Muhammad ayat 10

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ دَمَّرَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۖوَلِلْكٰفِرِيْنَ اَمْثَالُهَا

Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu.

Sebagai umat muslim yang senang berjalan sudah seharusnya menjadi pribadi yang lebih bahagia karena tak terhitung berapa nikmat yang telah Tuhan berikan. Kini bepergian bukan lagi sebatas gaya hidup, kegemaran, atau cara mengobati rasa sakit melainkan anjuran bagi siapa saja yang berpikir.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑